Mahasiswa berintegrasi dengan masyarakat
Penduduk
kampus (Perguruan Tinggi) adalah didominasi oleh mahasiswa. Tantangan
masahasiswa untuk selalu terjun ke masyrakat selalu terngiang dalam
telinga. Mempelajari ilmu sesuai dengan disiplin ilmu. Berbagai
pembelajaran, motivasi, serta pembinaan dari Dosen. Berbagai tipe
mahasiswa pun juga menghiasi dunia kemahasiswaan. Memilih berada di
dekat buku, rumah, dan tugas, hingga ada yang memilih mengepalkan tangan
dan berteriak di jalanan. Menuntut suatu kepada para pemimpin. Hingga
terkadang berujung pada perusakan sarana dan prasarana umum. Pelontaran
kata-kata yang tidak harus dilontarkan pun keluar dari mulut. Yang
merasa lebih tua pun juga tidak mau kalah, hingga membalas omongan atau
bahkan tindakan.
Memang
hal tersebut tidak boleh kita samaratakan atara kelompok demonstran
satu dengan yang lain, namun hal tersebut sangat perlu kita pelajari. Di
satu sisi sebagian orang masih berusaha memutar otak dan memeras
keringat untuk membantu masyrakat menengah ke bawah. Bersama dengan
msyarakat, merasakan kehidupan yang mungkin belum bisasa kita rasakan.
Perlu
kita ketahui bersama, ketika kita bersua dengan masyarakat, hal-hal
yang dipertanyakan oleh mereka adalah hal-hal yang dasar. Sebagai contoh
Petani, mereka bertanya, bagaimana cara mencegah hama di sawah?
Bagaimana cara ikan biar cepat besar? Bagaimana caranya menyampakan
aspirasi kami para petani? Bagaimana caranya kami menyampaikannya ke
Pemerintah? Serta pertanyaan-pertanyaan lain yang terkadang sering tidak
kita duga.
Sebagai
mahasiswa, tentunya kita harus berusaha untuk membantu. Jangan berdalih
itu bukan bidang saya, itu bukan kemampuan saya. Karena masyarakat
tidak mau tahu, setahu mereka mahasiswa adalah mahluk intelektual dan
mampu segalanya. Untuk itu kita harus pandai mengaturnya. Menghadapi
masyarakat adalah menghadapi berbagai karakter orang, dan berbagai
pemikiran. Jangan mengharap pemikiran mereka semua sepadan dengan kita.
Tidak semua masyarakat mengerti dengan bahasa-bahasa yang biasa kita
pakai di dunia mahasiswa.
Gambaran pengelolaan masyarakat adalah seperti di organisasi
Berbagai
permasalahan dan tantangan ketika berintegrasi dengan masyarakat adalah
hal yang wajar. Tergantung dari kita dalam menghadapinya. Bisa jadi hal
tersebut dapat meningkatkan kedewasaan diri kita. Selain itu, kita akan
bertambah ilmunya, karena dengan banyaknya pertanyaan dan keperluan
dari masyarakat yang tidak kita ketahui akan menjadi tantangan bagi kita
untuk mencari tahu. Secara tidak langsung, kita pun akan menjadi
semakin pintar.
Bagi
sebagian teman-teman aktifis kampus, tentunya berhubungan dengan orang
lain bukan hal yang tabu. Memimpin dan mengkoordinasikan tim adalah
kemampuanya. Bergelut dengan emosi atau mimik orang lain adalah seni
yang didapat. Begitulah gambaran kecil kehidupan di masyarakat.
Kemampuan beretorika mutlak sangat kita perlukan. Selain itu kemampuan
diri untuk bisa tegas dan tetap memberikan motivasi juga diperlukan
untuk menjaga kelompok atau tim bergerak sesuai visi. Tidak hanya
bertindak tegas, namun bagaimana caranya bias memotivasi orang lain.
Pramuka bisa dijadikan sebagai referensi solusi
Pramuka
adalah salah satu wadah pembinaan watak dan karakter pemuda Indonesia.
Tidak hanya pembinaan pada jenjang tertentu. Pembinaan pramuka adalah
sepanjang waktu. Mulai dari kecil kita sudah selalu dibina. Mulai dari
siaga dengan tingkatan pembinaan Siaga Mula, Siaga Bantu, dan Siaga
Tata. Selanjutnya akan dibina melalui Penggalang (Ramu, Rakit, dan
Terap). Di tingkat SMA kita akan memasuki jenjang Panegak (Bantara dan
Laksana). Tidak berhenti di situ saja, di dunia kampus pun juga masih
dilakukan pembinaan, melalui jenjang Kepandegaan. Dalam hal ini, Racana
Diponegoro (Pramuka Undip) memiliki 3 jenjang kepandegaan, yakni Pandega
Muda, Pandega Madya dan Pandega Bhakti.
Pembinaan
yang tanpa putus ini adalah pembinaan yang sesungguhnya diperlukan.
Orang dewasa dalam Pramuka pun turut terlibat untuk membina orang muda.
Kekeluargaan dan persaudaraan, antara Pramuka dewasa dan pramuka muda
turut menghiasi organisasi kepramukaan. Hal tersebut menghasilkan
seorang pramuka yang bukan hanya punya kemampuan nyata di lapangan,
namun juga menghasilkan jiwa yang takwa kepada Tuhan YME, saling
menolong kepada sesama dan peduli terhadap lingkungan.
a. Pramuka punya skil terjun ke lapangan
Kemampuan tali temali, sandi, haling rintang, orientasi medan, hidup di segala medan, hingga kemampuan EO (event organizer), administrasi,
hingga kemampuan birokrasi adalah konsekuensi yang akan dimiliki oleh
seorang Pramuka. Tanpa kita minta, dengan dasar ketekunan dan
kedisiplinan, maka kensekuensi-konsekuensi tersebut pasti akan kita
miliki
b. Lebih
dasar lagi, pramuka mempunyai jiwa yang selalu menuntun dan menuntut
untuk selalu dekat dengan masyarakat. Bisa kita lihat juga dalam Kode
Etik Kehormatan Pramuka, yakni tri satya, lebih tepatnya Tri Satya yang
ke 2 yang berbunyi “Menolong sesama hidup, dan ikut serta membangun
masyarakat”. Inilah yang selalu dibutuhkan oleh Negara ini. Yakni pemuda
yang memiliki jiwa peka serta kemampuan untuk mengaplikasikanya
terhadap dunia nyata (dunia kemasyarakatan).
Seperti
yang disadur dari Situs Resmi Wakil Presiden Republik Indonesia, Wapres
menilai sudah ada kemajuan dan cukup komprehensif. “Lagi-lagi komitmen
kita dituntut. Taruhannya besar jika anak-anak muda kita dibiarkan,”
ujar Wapres. Tujuan revitalisasi Gerakan Pramuka adalah dalam bentuk
gerakan. Upaya untuk merangkul semua pihak, dan tujuan akhir adalah
pembinaan karakter untuk generasi muda. “Strategi dasarnya benar-benar
harus dipikirkan secara matang,” tegas Wapres.
Mulailah untuk mandiri dan berwirausaha
Kemampuan
mahasiswa dalam menangkap peluang kerja dengan baik seharusnya adalah
mutlak dimiliki oleh setiap mahasiswa. Hal ini ditujukan dengan
banyaknya lulusan perguruan tinggi yang tidak siap dalam menghadapi
dunia paska Kampus. Seperti yang dikutip dari Kompas.com “sekitar 60
persen lulusan perguruan tinggi menganggur”. Hal ini tentunya menjadi
fenomena yang sangat tidak diinginkan. Dimana semangat beribu-ribu orang
yang bergelut untuk diterima di Perguruan Tinggi tidak sepadan dengan
semangat untuk bergelut di dunia paska kampus.
Tentunya
persiapan dalam menghadapi dunia paska kampus harus diperhatikan
semenjak berada di dunia kampus. Hal ini agar bisa memaksa diri kita dan
selanjutnya menjadi kebiasaan untuk selalu mandiri. Berwirausaha adalah
salah satu parameter kemandirian. Setelah kita tilik lebih lanjut lagi,
ternyata pramuka juga dididik untuk selalu mandiri. Mulai dari
menabung, cara memanfaakan sumber daya yang ada, peka terhadap
lingkungan, dan pada akhirnya bisa menghasilkan sesuatu yang bisa
dimanfaatkan untuk kemandirian pribadi maupun orang lain. Mungkin kita
boleh bekerja terlebih dahulu pada suatu perusahaan atau instansi untuk
belajar manajemen dan berbagai cara menjalankan serta memimpin suatu
perusahaan. Namun, tetaplah mempunyai visi untuk tetap berwirausaha.
Selain
itu, kita juga harus jeli dalam melihat prospek yang ada di berbagai
tempat/daerah di Indonesia. Kita harus membuka wawasan ke luar daerah,
bahkan di seluruh pulau di Indonesia ini. Janganlah takut untuk berada
di daerah yang jauh dari keluarga kita. Beranikan diri untuk merantau
melihat dan berekspresi di semua daerah yang ada di bumi Pertiwi ini.
Masih banyak yang masih bisa kita berdayakan di negeri ini. Bukan hanya
tugas seorang pramuka, mahasiswa, dosen, professor, ataupun pemerintah,
namun hal ini adalah tugas kita bersama. Oleh karena itu, marilah kita
bersama-sama berlatih untuk selalu berintegrasi, berhubungan,
berkomunikasi, berfikir, dan bekerja bersama. Bukan hanya warga kampus
dan pejabat pemerintah yang selalu berada di atas panggung maupun di
balik meja. Namun, yang selalu mendengarkan suara rakyat. Semoga hal ini
bisa selalu diridhoi oleh Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar
"Pramuka pribadi BangsaKu"